Kamis, 23 September 2010

Rapuhnya Musim Writted By Muhammad Firdaus Hari Setiawan



               Musim sudah berganti dua kali namun aku masih belum bisa melupakan sosok dirinya. Aku ingat sekali ketika aku berkenalan dengannya. Aku ingat, ya aku ingat ketika dia rayu aku dengan ribuan puisi. Memori otakku masih memiliki banyak ruang penyimpanan untuk mengingat itu semua. Aku terbuai, aku terlena, padahal perkenalanku dengan lelaki asal Banjarbaru itu hanya melalui situs jejaring sosial fesbuk.

                Namanya Hendra, lelaki berumur 23 tahun itu bekerja sebagai pegawai honorer di salah satu instansi di Banjarbaru. Dia sosok lelaki yang dewasa, mampu menghibur lelahku sepulang kerja. Mengantar buaian ku ke langit yang tak pernah ku jamah. Suaranya mampu menidurkanku di tengah malam. Membawaku ke alam mimpi dan aku bertemunya di alam itu. Aku tak pernah tahu tentang rasa ini, rasa takut kehilangan, rasa yang mampu membuatku tersenyum di depan layar laptop ku ketika setiap malam aku chat dengannya.
Puluhan kata bahkan ribuan kata manis terucap olehnya ketika dia menelponku. Manis, sayang, jantung hatiku, ah sudahlah aku tak ingin mengingat janji manisnya lagi.

                Rayuannya mampu membuatku untuk berkata iya ketika dia menyatakan cintanya. Maka kujalani lah hubungan longdistance ini. Pertemuan ku dengannya hanyalah melalui telpon dan fesbuk. Tak pernah aku bertemu dengannya secara langsung. 1 bulan kami jalani hubungan yang tidak mengenakkan ini, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Tepatnya ketika dia lulus menjadi pns. Hatiku hancur dan remuk. Tak lama berselang ibuku meninggal. Beberapa hari aku tak dapat menahan ribuan kristal luluh dari pelupuk mataku. Setiap kali aku ke pemakaman ibu di atas nisannya aku menangis tak henti - hentinya.

                 September akan segera berakhir. Musim akan segera kembali berganti. Namun musim - musim di hatiku belum juga berganti. Tak ada yang mampu mengganti dirinya selama dua musim. Rasa ini terlalu dalam. Bahkan ketika ku dengar kabar bahwa dirinya akan segera menikah, aku masih tetap berusaha untuk menghubungi dirinya, namun telpon ku tak pernah di angkat. Di musim ini ingin ku ucapkan selamat ulang tahun dan semoga bahagia.

Kotabaru, 24 September 2010


Catatan : Cerpen ini aku dedikasikan untuk alm. ibu temanku, semoga amal ibadahnya diterima yang maha kuasa.
http://facebook.com/firdaus.hs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar